Prinsip 1, Sub Prinsip 1: Lucky people build and maintain a strong “network of luck”



Seperti telah disinggung pada bagian sebelumnya, penelitian Richard menunjukkan bahwa orang-orang beruntung memiliki score yg lebih tinggi pada kelima dimensi keprbibadian dibanding orang-orang yg tak beruntung. Dan salah satu dari dimensi itu adalah Extroversion. Orang yg memiliki skor tinggi pada dimensi ini adalah orang-orang yg lebih bersosialisasi, senang berkumpul dengan teman-temannya, senang mengikuti acara-acara pesta, dan senang bekerja bersama orang lain. Lawannya, yaitu orang yg Introvert, adalah orang yg lebih senang menyendiri, menemukan kepuasan dengan kegiatan-kegiatan yg dilakukan sendiri, seperti misalnya membaca buku atau pergi ke tempat2 yg terpencil.



Ada sebuah kisah tentang Samantha. Beberapa tahun yg lalu Samantha bekerja sebagai sekertaris muda pada sebuah firma. Pada saat itu dia memiliki harapan rahasia agar suatu saat bisa mendapat pekerjaan pada dunia film. Sayangnya, dia tak mempunyai relasi dan relasi kaya yang bisa menolongnya. Pada suatu hari, Samantha keluar kantor karena ada janji dengan dokter. Saat itu hujan turun begitu deras, dan Samantha memanggil taksi untuk mengantarkannya pulang kembali ke kantor. Ketika taksi tersebut tiba, ada seorang laki-laki yg agak tua mendekatinya dan bertanya jika dia dibolehkan menumpang bersama Samantha dengan taksi tersebut. Samantha yg pada dasarnya ramah mengizinkannya. Dalam perjalanan, mereka berbincang-bincang dan ternyata laki2 tersebut adalah seorang eksekutif pada sebuah perusahaan film. Samantha mengungkapkan harapan rahasianya untuk bekerja pada dunia film dan bersedia menerima perkerjaan apa saja asalkan bisa masuk ke dunia film. Akhirnya Samantha ditemukan oleh laki2 itu pada direktur personel pada perusahaannya, dan dengan segera Samantha mendapatkan pekerjaan sebagai sekretaris di perusahaan tersebut. Lima tahun kemudian, Samantha sudah menjadi salah seorang eksekutif film yg berhasil di Los Angeles.



Orang-orang extrovert menemukan keberuntungan juga dengan menjadikan dirinya “social magnet”. “Social Magnet” ini membuat orang-orang asing tertarik untuk mengajaknya berbicara ketika mereka sedang berada di sebuah pesta ataupun pertemuan. Orang-orang beruntung ini ternyata tersenyum 2 kali lebih banyak daripada orang yg tak beruntung. Selain itu, orang-orang beruntung ternyata 3 kali lebih banyak menggunakan “open body language” dibandingkan orang-orang yg tidak beruntung. “Open body language” adalah bahasa tubuh yg digunakan orang yang menyiratkan kondisi penerimaan. Bahasa Tubuh dan expresi wajah inilah yang membuat orang-orang beruntung menjadi “social magnet” yg mengakibatkan mereka jauh lebih banyak bertemu dan berkenalan dengan orang-orang. Dan pertemuan dengan banyak orang ini telah memperbesar kesempatan mereka untuk mendapatkan kesempatan keberuntungan.



Orang-orang beruntung juga sangat efektif menjalin silaturahmi. Mereka terbuka dan kebanyakan orang menyukai mereka. Mereka cenderung dipercaya orang lain dan menjalin hubungan yang dekat dengan orang-orang. Sebagai hasilnya, mereka memiliki begitu banyak teman baik dibandingkan dengan orang-orang yang tak beruntung. Dan lagi-lagi, network inilah yg membantu mereka menemukan kesempatan keberuntungan.



Tentunya teman2 masih ingat ceritaku tentang Ferizal dan Mas Rovicky pada tayangan sebelumnya. Tak lama setelah tulisanku itu aku tayangkan, aku menerima sebuah e-mail dari teman lamaku yg juga sedang berada di Jerman (nama temanku ini tidak aku sebut karena aku belum sempat minta izin padanya). Dia rupanya juga mengenal Ferizal dan bertemu dengannya di Jerman. Aku tak mengira bahwa temanku ini ternyata juga mengenal Ferizal.

Demikian juga dengan Mas Rovicky. Ternyata ada banyak temanku yang juga mengenalnya, bahkan ada yg konon duduk di belakang Mas Rovick ketika masih SMP dulu. Sebuah bukti kecil bahwa orang-orang beruntung memang memiliki network yang besar, dan mereka pandai menjaga network silaturahmi tersebut.



Begitulah, dengan atau tanpa disadari, orang-orang beruntung telah memaksimalkan kesempatan keberuntungan dalam hidup mereka. Mereka ngobrol (chatting) dengan begitu banyak orang, membuka kesempatan untuk berbincang2 dan berkenalan dengan orang asing (stranger), menarik orang untuk mendekatinya dengan “social magnet”-nya, dan memelihara silaturahmi. Tindak-tanduk ini menghasilkan “network of luck” yg begitu besar dan memberikan mereka potensi besar untuk menemukan keberuntungan-keberuntungan.



Bagaimana dengan teman-teman ? Apakah teman-teman sering ngobrol dengan orang asing ketika kebetulan sedang sama-sama dalam antrian ? Senang menjalin silaturahmi ? Senang punya teman-teman baru ?



(bersambung).



-Alfred Alinazar

0 komentar