”Mengapa saya tidak sesukses dia? Ah, mungkin saya hanya kurang beruntung saja. Lalu, mengapa keberuntungan sepertinya hanya datang pada sekelompok orang tertentu saja, tetapi tidak pada saya?” Mungkin pertanyaan-pertanyaan ini sering bermain di benak kita.
Semua orang pasti ingin beruntung, karena keberuntungan selalu menyertai sukses. Lalu bagaimana caranya agar keberuntungan berada di pihak kita? Simak yang berikut.
Kebetulan vs Keberuntungan
”Kebetulan saja saya mendapat tawaran rekaman dari seorang produser musik terkenal. Kebetulan saja saya bertemu dengan produser film besar yang sedang mencari aktor dan aktris baru. Kebetulan saja saya mendapat tawaran pekerjaan ini.”
Jawaban-jawaban ini sering diberikan oleh orang-orang sukses dalam wawancara mereka dengan media massa. Apakah benar kesuksesan mereka hanya sebuah kebetulan? Ternyata, pengalaman hidup orang-orang sukses membuktikan bahwa kesuksesan jangka panjang bukan diperoleh dari serangkaian kebetulan, tetapi keberuntungan. Pertanyaan berikutnya: Apa beda kebetulan dan keberuntungan?
Menang undian, menang doorprize, menang taruhan—ini semua adalah kebetulan. Meraih prestasi dalam karier, bisnis, kemampuan akademis—ini bukan kebetulan, tetapi keberuntungan. Sebuah kebetulan merupakan kejadian yang berada di luar kontrol kita; sebaliknya, keberuntungan, berada di bawah kontrol kita. Jika demikian, mengapa sepertinya hanya sebagian orang saja yang beruntung meraih sukses? Apakah kita juga bisa seberuntung mereka? Jawabannya: Bisa. Semua orang bisa meraih keberuntungan, karena semua bisa mendapat kesempatan untuk menjadi beruntung.
Belajar dari Pakar Manajemen
Banyak pakar manajemen yang menawarkan prinsip sukses mereka untuk meraih keberuntungan yang membawa sukses. Namun, kali ini, kita bisa mulai belajar dari dua pakar berikut. Siapa tahu prinsip mereka ada yang cocok untuk kita.
Norman Vincent Peale: Faktor Plus
Pakar yang satu ini percaya bahwa faktor plus merupakan kunci keberuntungan. Menurut Norman Vincent Peale, semua orang memiliki faktor plus, tetapi hanya orang yang mampu mengaktifkan faktor plus pada diri merekalah yang mampu meraih keberuntungan. Bagaimana mengaktifkan faktor plus tersebut? Pertama, miliki mimpi atau keinginan (wish) yang paling dalam yang ingin kita wujudkan: Kedua, tetapkan sasaran yang jelas. Ketiga: bertindak untuk untuk meraih sasaran yang dapat mewujudkan mimpi.
Contoh: Salah satu edisi Oprah Winfrey Show menampilkan seorang remaja 17 tahun bernama Nicole, ketua Osis sebuah SMA di Amerika Serikat. Nicole ingin sekali mengundang Avril Lavigne, idola sekolahnya, untuk sebuah penampilan khusus di SMA tempat ia belajar. Penampilan ini dimaksudkan sebagai ucapan terima kasih pada rekan-rekan sekolahnya yang telah memberi dukungan moril dan material kepada Nicole ketika ia harus menjalani serangkaian prosedur pengobatan kanker yang dideritanya.
Nicole berhasil mengaktifkan faktor plus dalam dirinya. Pertama: Nicole memiliki keinginan yang mendalam untuk membalas kebaikan rekan-rekan sekolahnya. Kedua: Ia menetapkan target dengan memberikan ucapan terima kasih dengan mengundang Avril Lavigne untuk mengadakan penampilan khusus di sekolahnya. Ketiga: Ia bertindak dengan mengirim surat kepada Oprah Winfrey untuk membantu mewujudkan mimpi/keinginannya tersebut. Hasilnya? Luar biasa: Mimpi yang sulit dibayangkan untuk dapat terwujud, berhasil diwujudkan. Oprah membantunya menghubungi Avril Lavigne dan Avril Lavigne-pun setuju untuk datang ke sekolah Nicole untuk memberikan penampilan khusus bagi murid-murid di sana sebagai tanda terima kasih Nicole kepada mereka.
Richard Denny: LUCK
LUCK (Keberuntungan) menurut Richard Denny bisa diraih dengan menerapkan prinsip keberuntungan: Labour Under Correct Knowledge (kerja keras berdasarkan pengetahuan yang tepat). Jadi, intinya ada dua: Labour dan Correct Knowledge. Yang dimaksud dengan Labour di sini adalah Do something (melakukan sesuatu). Untuk meraih keberuntungan kita tidak bisa hanya mengambil sikap ”menunggu”. Kita harus bertindak—melakukan sesuatu. Bagaimana caranya bertindak? Landaskan tindakan kita dengan pengetahuan yang tepat: tahu posisi saat ini, tahu posisi yang akan kita tuju, dan memiliki rencana untuk mewujudkannya.
Contoh: Mariah Carey, penyanyi bersuara emas yang salah satu hitnya berjudul ”Hero”, tahu bahwa ia memiliki talenta untuk menyanyi (tahu kondisi saat ini). Ia pun lalu memutuskan untuk menjadi penyanyi tingkat dunia (tahu kondisi yang akan dituju). Untuk itu, ia membuat kaset demo berisi beberapa lagu yang dinyanyikannya. Lalu, ia melakukan berbagai tindakan yang dapat mendekatkannya pada kondisi yang dituju: Kaset demo ia kirimkan ke berbagai produser musik; ia juga berkenalan dengan orang-orang di industri rekaman.
Hasilnya: keberuntungan pun berhasil ia raih—ia berhasil bertemu dengan produser musik di salah satu kegiatan musik yang didatanginya; kepada produser ini memberikan kaset demo-nya. Produser ini melihat potensi besar pada Mariah dan memutuskan untuk memberi Mariah Carey kesempatan rekaman. Rekaman perdana Mariah Carey ternyata sukses besar. Semua ini bukanlah kebetulan, tetapi merupakan kerja keras yang didasarkan pada pengetahuan yang tepat.
Belajar dari Mereka yang Beruntung
Ada tiga hal saja yang membedakan orang beruntung dan tidak beruntung. Pertama: orang beruntung bisa mengubah kesempatan menjadi keberuntungan. Kedua: jika kesempatan sepertinya tidak terlihat, orang beruntung (baca: sukses) tidak menunggu sampai kesempatan tersebut terlihat—mereka proaktif menciptakan sendiri kesempatan untuk meraih keberuntungan. Ketiga: jika mereka mengalami ketidakberuntungan (bad luck), mereka tidak berlama-lama menyesali diri atau menyalahkan keadaan—mereka belajar dari ketidakberuntungan yang mereka alami, lalu bertindak untuk mengubah ketidakberuntungan tersebut menjadi keberuntungan.
Michael Dell. Setiap pengusaha mendapat kesempatan yang sama untuk menjual produknya. Demikian pula dengan Michael Dell. Bedanya: Michael bisa mengubah kesempatan yang sama tersebut menjadi kesempatan yang istimewa untuk meraih keberuntungan. Ia ”merevolusi” kesempatan untuk berjualan komputer dengan memanfaatkan keunggulan teknologi informasi yang sedang berkembang: teknologi internet. Michael, mengubah cara tradisional pemesanan dan pembelian komputer rakitan (pembeli harus meluangkan waktu dan tenaga untuk pergi ke lokasi penjualan dan membeli produk yang sudah ada walaupun seringkali harus membayar lebih untuk fasilitas tambahan yang sebenarnya tidak dibutuhkannya), menjadi pemesanan dan pembelian melalui internet (pembeli bisa memesan dan membeli komputer dengan harga dan spesifikasi yang tepat dengan yang dibutuhkannya).
Andy Grove. Tiap menjelang akhir tahun, media cetak dan elektronik banyak membahas topik yang berkenaan dengan tren tahun yang akan datang. Para pelaku bisnis juga banyak yang mencoba ”membaca tren” yang akan datang, untuk kemudian menyesuaikan strategi bisnisnya. Hal ini tidak berlaku bagi Andy Grove dan Intel, perusahaan yang dipimpinnya. Andy tidak berusaha untuk bersusah payah menanti, mencoba membaca, ataupun menunggu tren (baca: kesempatan) sukses tahun yang akan datang. Sebaliknya, ia dan perusahaannya menciptakan tren (baca: kesempatan) sukses di industri microprocessor yang ditekuninya, sehingga ia dan Intel menjadi ”trend” yang ditunggu dan diamati oleh para pelaku bisnis di industri ini.
Charlie Chaplin. Wajah dan postur tubuh merupakan dua hal yang sepertinya dianggap banyak orang sebagai ”modal wajib” bagi siapa pun yang ingin sukses di dunia hiburan, termasuk juga di dunia film. Charlie Chaplin tidak memiliki kedua modal dasar ini—wajahnya tidak istimewa dan postur tubuhnya juga tidak istimewa. Lalu, bagaimana ia bisa sukses di dunia hiburan, bahkan bisa melegenda di dunia para selebriti ini? Kuncinya: mengubah ketidakberuntungan menjadi keberuntungan. Justru dengan wajah yang humoris dan tubuh yang seperti orang kebanyakan, ia bisa merebut hati jutaan orang melalui film-filmnya yang kocak yang menonjolkan keluguan dan kesederhanaan, sehingga dapat mengundang tawa para penonton.
Ingin segera meraih keberuntungan? Silahkan memilih strategi yang paling cocok untuk diterapkan. Selamat mencoba.
Oleh: Roy Sembel,
Direktur MM Finance and Investment, Universitas Bina Nusantara
(www.roy-sembel.com),
Sandra Sembel,
Direktur Utama Edpro (Education for Professionals),
edpro@cbn.net.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar
Posting Komentar