1 September 2007 01:10

Keberuntungan memang seperti air yang terus dan terus mengalir dalam kehidupan pria 30 tahun ini. Ahmad Faiz Zainuddin atau biasa dipanggil Faiz memang sering mengalami keberuntungan yang seringkali tidak masuk di akal. Tapi pada kenyataanya terjadi atas kehendak Tuhan.

Bapak satu anak ini bercerita, keberuntungan yang tak putus putus dialaminya sejak memasuki usia Sekolah Menengah Atas (SMA). Waktu itu, Faiz memilih SMA 5 karena dekat dengan rumah, di kampung Peneleh Surabaya. Ternyata, SMA 5 ini adalah SMA favorit di Surabaya. “Saya jadi beruntung, karena memang di sekolah ini tempat berkumpul siswa - siswa top,” kata Faiz.

Keberuntungan lain yang diakui Faiz sejak kelas 5 Sekolah dasar (SD), sepeninggal ayahanda Anas Thohir, Faiz menjadi anak yang paling banyak uang sakunya, karena seringkali orang kasihan pada si yatim dan memberi uang.

“Iya, kita itu gak punya ayah, tapi paling banyak sangu-nya.” Keberuntungan selanjutnya ketika mencoba menembus UNAIR. Cobaan Faiz cukup berat waktu itu. Tepat hari H ujian, UMPTN, ternyata Faiz harus merawat ibunya yang masuk rumah sakit karena stroke.

Lelaki penggemar warna biru ini, hanya bisa tidur di kolong tempat tidur, menjaga ibunda tercinta. Buku 1000 Soal UMPTN yang baru saja dibeli hanya menjadi bantal tidur. Karena Faiz cukup lelah. Begitu bangun pagi, dia hanya bilang “Doakan ya bu, kula (saya) mau UMPTN,” sambil mencium punggung tangan ibunya.

Dengan mulus, meskipun tanpa persiapan belajar, akhirnya Faiz diterima di Fakultas Psikologi UNAIR. “Sebenarnya waktu itu saya pingin ke ITB. Tapi karena ibu sakit, di Surabaya saja gakpapa,” kenang Faiz.

Perjalanan kuliah Faiz ternyata tidak mulus. Karena sampai semester lima, waktu Faiz dihabiskan merawat ibu. Memang masih banyak saudara lain, tapi ibunda ini sangat manja pada Faiz karena Faiz dinilai sangat sabar melayani ibunda. Faiz jadi sering pulang begitu terdengar adzan Dhuhur, karena Faiz harus membantu sang ibu untuk menunaikan sholat Dhuhur.

“Jadi saya kalau kuliah ya sesempatnya. Saya mengutamakan ibu,” tambahnya. Sejak muda kegelisahan Faiz sangat kuat. Kegelisahan akan kondisi bangsa ini. Sebelum mengenal banyak ilmu dan berhasil melahirkan Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT), sejak di bangku kuliah benih-benih konsep LoGOS (Loving God, blessing others, self improvent) sudah disemai.

Dia mendeklarasikan LoGOS Community bersama beberapa rekan, diantaranya Danny Hernowo yang sekarang sebagai CEO LoGOS Institute. LoGOS Community menjadi satu organisasi yang diperhitungkan dalam kampus dengan berbagai kegiatan sosial. Deklarasi dibuka oleh seorang dosen yang sekarang menjadi Dekan Fakultas Psikologi UNAIR, Bapak Seger.

Sayangnya umur komunitas ini tidak lama. Karena persis ketika Faiz lulus, LoGOS Community juga bubar. Tapi rupanya, konsep pemaknaan hidup yang dilontarkan Faiz lewat LoGOS Community cukup membekas di hati para anggotanya.

“Meskipun LoGOS sudah mati tapi semangat LoGOS tetap di hati kami mas,” begitu ungkapan Ariani Tri Wrastari, mantan anggota yang sekarang mengambil pasca sarjana di University of Adelaide Australia.

Setelah lulus, kegelisahan Faiz semakin besar. Dia sangat ingin menemukan satu formula mudah untuk mengatasi masalah bangsa dengan murah. Waktu kuliah Faiz mengambil semua mata kuliah hingga 176 SKS, demi untuk mendapatkan apa yang dicari. Tapi belum ketemu juga. Keinginan kuatnya saat itu adalah sekolah ke luar negeri tapi tidak punya biaya.

Tapi memang lagi - lagi keberuntungan Faiz belum berhenti. Tanpa disangka – sangka, seseorang datang menawarkan bea siswa ke luar negeri. bak gayung bersambut dengan keinginan Faiz. Malah sebelum belajar ke luar negeri, seseorang itu juga mengabulkan permintaan Faiz untuk umroh ke tanah suci. Lengkap sudah keberuntungan Faiz.

“Saya waktu itu hanya ikhlas, pasrah dan terus mendekatkan diri pada sumber keberuntungan sejati. Allah. Itu saja,”tuturnya.

Dengan hati penuh suka cita, Faiz berangkat ke Australia. Dan belajar ke Australia seperti menjadi pintu keberuntungan berikutnya. Karena setelah dari Australia, Faiz malah mendapat empat bea siswa gratis secara berturut – turut. Dari Austarlia, ke Malaysia, lalu ke Thailand dan Singapura.

Selama menjalani kuliah di negeri orangpun, keberuntungan masih terus mengikuti Faiz di saat – saat tak terduga.

Waktu itu, Faiz mengikuti pelatihan ESQ di Kuala Lumpur dan dengan mudah bisa berkomunikasi panjang lebar dengan pencetus ESQ - Ari Ginanjar. Setelah ngobrol banyak dan Ari Ginanjarpun menyambut baik metode SEFT yang baru ditemukan Faiz. Merasa cocok, akhirnya Faiz diajak menginap di hotel bintang lima di Kuala lumpur.

Pengalaman lain, ketika baru saja menginjakkan kaki di kawasan Larkin Johor, Malaysia, Faiz tidak tahu harus menginap dimana. Tanpa sengaja bertemu dengan sesama muslim dan menawarkan tumpangan tidur gratis. Yakni di sebuah masjid, yang khusus malam itu boleh digunakan menginap.

Kemudahan, keberuntungan Faiz diakui semakin mudah ketika kita ikhlas dan memasrahkan semuanya hanya pada Sang Maha Hidup dan tidak ngoyo mencapai satu tujuan. Kebiasan memaknai hidup ini yang dituangkan Faiz dalam teknik SEFT dan organisasi LoGOS Institute. Sehingga semua orang bisa belajar untuk terus dan terus beruntung. Karena keberuntungan bukan kebetulan, tapi bisa dipelajari dan ada ilmunya. Intinya dengan mendekatkan diri pada sumber keberuntungan sejati, Tuhan Yang Maha Esa. Dan teknik ini sudah diterapkan oleh banyak alumni dan terbukti.

Keberuntungan juga diperoleh Faiz dalam mencari jodoh. Waktu itu pemakaman ibunda di Surabaya. Tante Faiz yang menghadiri pemakaman, merasa iba melihat Faiz, si yatim yang akhirnya juga menjadi piatu. Karena kedua orang yang menancapkan akar dalam hidupnya sudah pergi menghadap Tuhan. Tante Bida, begitu biasa dipanggil, menawarkan Faiz berkenalan dengan kemenakan suaminya. Dengan bekal Bismillah, Faiz menemui gadis itu dan akhirnya cocok. Semuanya begitu mudah dan lancar. Setelah lima tahun melakukan adaptasi, kedua insan ini memutuskan untuk menikah. Sekarang dikaruniai satu putra dan satu calon putra. Sang istri, Vera Maslita sedang mengandung empat bulan.

“Semoga keberuntungan ini benar benar seperti air yang mengalir. Karena memang saya ingin menjadi orang terkaya di Indonesia yang paling banyak amalnya,” pungkas Faiz dengan tersenyum. (may)

Narasumber : Ahmad Faiz Zainuddin – Master SEFT

1 komentar

  1. SEFT Spiritual Emotional Freedom Technique // 10 November 2008 pukul 05.37  

    Assalamu'alaikum Wr. Wb.,
    Semoga Alloh SWT memberkati Pak Faiz dan keluarga. Demikian juga seluruh Tim LoGOS Institutenya. Semoga selalu di berikan kekuatan lahir dan bathin untuk menjalankan LoGOS ini.
    by the way apakah www.LoGOS.co.id masih aktif ? Dan apakah http://logosseft.blogspot.com adalah juga dari Alumni LoGOS ? Jika ia sampaikan salam saya.

    Wassalam ...

    Simpatisan LoGOS